Eternal Love for The Badge


“I’m gonna love you till the heaven stops the rain”. 
(Morrison Jim, The Doors)


Ada cinta yang tidak bisa dijelaskan, dan kami menemukannya di tanah Sleman, kota kecil kebanggaan. Pernah ada suatu kutipan indah mengatakan bahwa “You don’t choose a football club. The club chooses you. It just hits you unaware and you naturally find yourself deep in love with it”. Cinta dan dedikasi pada klub sepak bola sejatinya lahir dari pengalaman, emosi, dan keterikatan yang tidak bisa dipaksa ataupun dimanipulasi. Itu bukan pilihan logis, melainkan adalah panggilan hati. Hal itu yang mungkin dirasa pas untuk menggambarkan keadaan partisan sleman saat ini, bahkan disaat klub kebanggaannya sedang terpuruk dan termenung diujung jurang. Perlu kita sadari bahwa PSS Sleman memang sedang dalam performa yang tidak baik di musim ini, terlebih bertengger di zona degradasi saat penguhujung laga. Mulai dari rombak pemain, manajemen(?), dan dukungan serta loyalitas dari suporter sudah dikerahkan sekuat tenaga, semua ini hanya untuk PSS Sleman. 

Mencintai klub sepak bola memang bukan seperti kita mencintai pemenang dalam sebuah lomba, dan tidak sekedar soal skor di akhir pertandingan, posisi klasemen, maupun trofi-trofi yang dipajang megah. Mencintai klub menurut kami adalah soal menerima dan tanpa syarat jatuh bangkit bersama, bahkan ketika sedang dalam posisi yang tidak baik-baik saja. 

 

Pyroshow. PSS Sleman vs Persija Jakarta (17/05)



Kekalahan yang datang silih berganti ini tentu saja membuat segelintir dari kami memilih untuk berpaling. Tetapi, tidak semua pergi. Sebagian dari kami masih tetap disini dan berdiri serta diam-diam berusaha mengucapkan secercah harapan. Kami tetap datang dan kami tetap bernyanyi. Bagi kami, mendukung bukan hanya soal “kalau menang, aku datang”. Tetapi juga tentang setia dan tentang percaya, meski terkadang tak ada jaminan terbalas. Karena pada akhirnya, kami tidak hanya mencintai kemenangan saja, tetapi juga mencintai seluruh perjalanan dan kegagalan yang membuat satu kemenangan kecil terasa seperti sebuah keajaiban, teramat magis dan selalu dirindukan. 

Mungkin musim ini belum dan bukan milik kami. Mungkin musim depan pun juga belum tentu. Tetapi, selama masih ada satu suara yang datang dan bernyanyi lantang untuk lambang di dada, klub ini tidak akan pernah benar-benar “kalah”. Kami akan selalu disini. For the badge, PSS Sleman.

Share Article :

Related Article

Other Articles

Kriiingg…Tagihan Awal Musim

Sebagai wadah pendukung PSS yang berasal dari ragam daerah, atau bahkan beberap tumbuh besar di luar lingkup Sleman dan sekitarnya sedari kecil, kami menilai~

Our Stance

We've decided our stance, for PSS Sleman.

"Gate of Joy", Menjaga Nyala di Teras Tribun

Menelisik di balik movement Gate of Joy. Oleh NN-SJ

Hidup dan Mati di Tanah Madura : PSS Sleman Menuju Pertempuran.

Between a crucial stage of life. Oleh NN-SJ.

SEKALI BAJINGAN, TETAP BAJINGAN!

SEKALI BAJINGAN, TETAP BAJINGAN! oleh SJ-NN

Tuli, Buta, Gagu.

“kami akan selalu ingat, bagaimana kami bisa lupa?” oleh AP

Defend Maguwoharjo.

kami tak datang membawa amarah, kami datang membawa tanya.

Ketika Rumah Tak Lagi Hanya Soal Tembok dan Tiang: Sebuah Tafsir tentang Identitas, Rivalitas, dan Realitas

oleh Ceria

Rose from The Dead

Kita tak akan kalah lagi. Tak boleh kalah lagi. oleh Tribun Utara

DIBUTUHKAN: RUMAH ATAU KONTRAKAN JANGKA PANJANG

Ditulis oleh YB

Tiga Warna, Satu Luka

Hari ini, mari kita bicara tentang tiga warna itu: pink, hijau, dan biru.